ILMIAH POPULER(pupular scientific writing)
Di lingkungan perguruan tinggi, kita
sudah terbiasa mendengar istilah karya ilmiah. Karya ilmiah yang dalam bahasa
Inggris disebut SCIENTIFIC PAPER adalah tulisan yang
memaparkan hasil penelitian atau pengkajian dengan memenuhi kaidah dan etika
keilmuan seperti laporan penelitian, makalah, dan skripsi/tesis/disertasi.
Namun, saya ingin membahas satu
karya ilmiah yang masih jarang dimanfaatkan oleh para mahasiswa dan akademisi
guna mempublikasikan gagasan mereka. Itulah tulisan ilmiah populer (pupular
scientific writing) . Suatu tulisan ilmiah populer merupakan integrasi tiga
aspek yang disebut TRIAD. TRIAD terdiri atas
ilmu,media masa, dan daya tarik kemanusiaan.
1. Ilmu dan asumsi filosofis
1. Ilmu dan asumsi filosofis
Barbara Engler dalam buku Personality
Theories: An Ingroduction (1985) mengatakan bahwa ilmu berakar pada
asumsi filosofis. Artinya, setiap orang atau sekelompok yang mengembangkan ilmu
mau tak mau memiliki asumsi filosofis tentang realita yang menjadi objek
ilmunya. Mengapa demikian? Setiap orang yang mengembangkan ilmu
mesti memiliki asumsi-asumsi dasar dan universal tentang realitas
ilmunya.
Asumsi filosofis selalu mengarah
pada realitas yang tidak tidak kasat mata. Artinya realitas universal ini tidak
dialami dengan “mata kepala,” tetapi dengan “mata hati”. Sebagai
contoh, “Semua orang ingin menjadi baik.” Dengan mata kepala kita mungkin dapat
mengobservasi bahwa ada sejumlah orang yang tidak baik. Namun, mata hati kita
mengatakan bahwa semua orang pada dasarnya baik.
Berikutnya, asumsi filosofis itu
merujuk pada realitas universal.Isi asumsi tersebut mencakup “semua” secara
universal. Sebagai contoh, keinginan untuk menjadi baik itu dimiliki oleh semua
orang. Dalam berefleksi tentang suatu realitas, kita memperlakukan pengecualian
dengan cara agak berbeda. Sebagai contoh, Adolf hiter. Kita boleh
membuktikan bahwa ia orang jahat. Namun, ia hanya ‘tampak’, tapi pada dasarnya
sebagai manusia ia itu baik. Kita memanfaatkan kemampuan intuitif yang saya
istilahkan proses abstraksi.
Juga, asumsi filosofis itu biasanya
menyatakan suatu kebenaran secara implisit bukan eksplisit. Pernyataan
eksplisit adalah pernyataan yang secara gamblang dan memenuhi semua kriteria
tentang kebenaran. Namun, pernyataan semacam itu tidak mungkin beraplikasi
secara universal. Itulah suatu kebenaran itu hanya dinyatakan secara implisit.
2. Paradigma sebagai dasar ilmu
2. Paradigma sebagai dasar ilmu
Menurut Thomas Kuhn dalam The
Structure of Scientific Revolutions (1962) setiap ilmu mendasarkan
diri pada suatu paradigma sebagai model atau konsep yang mendasari ilmu
tersebut dan yang diyakini oleh setiap anggota komunitas ilmiah. Konsep dasar
yang mengilhami setiap kegiatan ilmiah ini dipelahari dan diteliti
terus-menurus melalui pendidikan. Melalui pendidikan studi tentang paradigma
menghasilkan berbagai pernyataan ilmiah yang lebih dikenal sebagai
teori-teori. Jadi, teori sebenarnya merupakan penjabaran serta penjelasan
tentang paradigma ilmu bersangkutan.
Paradigma tersebut terus-menerus
dipelajari, diteliti dan menghasilkan berbagai teori melalui alat ilmiah yang
disebut metode penelitian. Keseluruhan proses mempelajari
paradigma inilah yang disebut kegiatan ilmiah.
Jadi, ilmu itu muncul sebagai cara
untuk menggali berbagai informasi tentang satu aspek hidup/dunia ini, seperti
psikologi. Filsafat membantu mengembangkan cara/metode guna memahami dunia ini.
Itulah yang disebut paradigma.
3. Metode ilmiah
3. Metode ilmiah
Metode ilmiah merupakan cara untuk
menggali informasi tentang hidup dan dunia ini. Metode ini berawal dari suatu
teori atau pernyataan ilmiah. Teori itu sendiri merupakan seperangkat konsep
abstrak (bagian dari paradigma) yang kita rumuskan berdasarkan sekelompok fakta
atau peristiwa dengan tujuan untuk menjelaskan fakta-fakta atau
peristiwa-peristiwa tersebut. Sebagai contoh, dalam paradigma health
psychology (psikologi tentang orang-orang sehat) kita mengandaikan
bahwa setiap orang berjuang untuk menjadi superior (Psikologi
Individual/Adlerian).
Kemudian, teori tersebut (yang
dianggap sebagai hipotesis) diobservasi dan diukur. Keseluruhan proses ini dimulai
dengan kesadaran akan adanya masalah. Lalu, kesadaran itu dirumuskan menjadi
suatu hipotesis yang disebut simpulan sementara. Sebaiknya, kita menentukan
suatu prediksi tentang hipotesis tersebut. Sesuai contoh sebelumnya, kita bisa
menyimpulkan sementara bahwa “Memang benar bahwa setiap orang berusaha untuk
menjadi superior”.
Lalu, kita mesti mengumpulkan data
sebanyak dan seakurat mungkin guna mengetes kebenaran dari simpulan sementara
itu. Berdasarkan data-data tersebut, kita kemudian menarik simpulan.
4. Hasil penelitian dan media massa
4. Hasil penelitian dan media massa
Perkembangan dan kemajuan setiap
ilmu itu tidak hanya bergantung pada penelitian. Penyebarluasan hasil
penelitian justru merupakan kegiatan penting guna memperkenalkan kepada anggota
komunitas ilmiah bersangkutan serta pembaca lainnya tentang perkembangan dan
kemajuan tersebut. Lagi pula, perkembangan dan kemajuan yang dipaparkan
melalui media massa merupakan layanan dari ilmu bersangkutan kepada masyarakat.
Masyarakat diperkaya dengan informasi-informasi baru.
Itulah sebabnya kita menyebut hasil
penelitian yang disebarluaskan kepada banyak orang itu sebagai karya ilmiah
populer. Populer berasal dari kata bahasa Latin populus yang
berarti bangsa atau orang banyak. Upaya ini hanya bisa dilakukan dengan bantuan
komunikasi massa dengan alat yang disebut media massa. Ada beberapa bentuk
media massa. Contoh media cetak adalah koran, majalah, jurnal. Contoh
media elektronik adalah radio dan televisi.
Hasil penelitian ilmiah dapat kita
sebarluaskan melalui media masa dalam bentuk fitur dan opini. Di sini, yang
saya maksudkan dengan karya ilmiah populer adalah opini seperti artikel-artikel
yang dimuat Kompas pada halaman 4 dan 5. Hampir semua koran
mempunyai halaman opini.
5. Populer dan nilai tambah
Sebelum menjelaskan petunjuk praktis
penulisan opini, saya ingin menjelaskan arti populer dan kemanusiaan. Populer
itu bukan hanya berarti bahwa tulisan kita itu dibaca oleh banyak orang,
melainkan juga berarti bahwa tulisan kita itu disukai. Tulisan kita itu disukai
jika tulisan itu berkaitan dengan daya tarik yang disebut human
interest. Kita mesti menulis sesuatu yang berkaitan dengan hidup manusia
itu sendiri.
Artikel yang memuat human
interest dan menarik untuk dibaca, jika artikel tersebut memenuhi
kriteria berikut:
·
Relevan dan penting: Artikel yang berkaitan
dengan hidup banyak orang atau berdampak besar pada kehidupan mereka selalu
dicari.
·
Kuantitas: Jika semakin banyak orang terlibat
dalam topik bahasan, artikel itu semakin digandrungi.
·
Baru: Sesuatu yang baru terjadi, baru ditemukan itu biasanya
menarik minat orang untuk mengetahuinya.
·
Aktual: Sesuatu yang dekat dengan atau
berkaitan langsung dengan pembaca, biasanya akan diminati.
·
Populer: Tulisan tentang orang yang dikenal
dan disenangi akan selalu menarik minat pembaca.
·
Kepekaan rasa: Tulisan yang menggugah perasaan
biasanya disenangi pembaca.
·
Partikular atau spesial: Sesuatu yang spesial atau khas
selalu dicari untuk dibaca.
Tentu tulisan itu juga mesti memberi
nilai tambah, baik bagi kita pribadi maupun bagi pembaca. Ada beberapa nilai
tambah, antara lain berikut ini.
·
Nilai tambah intelektual: Semakin banyak kita menulis, semakin
kita berkembang dalam ilmu yang kita geluti.
·
Nilai tambah pendidikan: Semakin banyak kita menulis, semakin
banyak kita berkesempatan mendidik orang lain dan diri sendiri.
·
Nilai tambah psikologis: Semakin banyak kita menulis, semakin
kita puas, bangga, dan percaya diri.
·
Nilai tambah sosial: Semakin banyak kita menulis, semakin banyak
orang (penerbit, toko buku, ilmuwan dan pembaca) mengenal kita.
·
Nilai tambah finansial: Semakin banyak kita menulis, semakin
banyak honor kita dapatkan.
·
Nilai tambah filosofis: Mari kita mengambil contoh
penulis-penulis klasik. Mereka sudah lama mati, tetapi nama mereka tetap
terdengar. Apa saja akan lenyap, kecuali gagasan yang telah diungkapkan ke
dalam tulisan.
Nilai-nilai tambah seperti ini
justru yang mendorong saya untuk terus menulis karya ilmiah populer. Sekarang
saya menjadi kolumnis untuk suatu media nasional. Sebagai mantan wartawan profesional,
saya tentu senang akan perkembangan ini.
6. Menulis artikel ilmiah populer
Untuk menulis artikel berita kita
mesti memperhatikan ketentuan 5W 1 H (What, Who,
Where, When, Why, How). Dengan menjawab lima pertanyaan jurnalistik
tersebut, kita sudah dapat membuat suatu artikel berita. Artikel ilmiah populer
sebenarnya merupakan perluasan dari artikel berita; kita mengulas secara
panjang lebar tentang pertanyaan why dan how.
Itulah sebabnya, opini dapat dipahami
sebagai ekstensi dan pengilmiahan artikel berita. Sebagai contoh, beberapa
tahun lalu, setelah kematian almarhum mantan Presiden Soeharto, muncul
polemik tentang pemaafan terhadap almarhum. Saya ikut berbagi dalam polemik.
Saya menyorotinya dari perspektif psikologi klinis. Dari situ
muncullah tulisan opini saya yang dimuat di Kompas, 21 Januari
2008 dengan judul “Psikologi Memaafkan”.
Beberapa petunjuk praktis berikut
ini sebaiknya diperhatikan, jika pembaca berminat menulis artikel ilmiah populer.
1.
Berita (seperti temuan baru, teori baru, masalah unik) seputar
ilmu apa saja dapat dijadikan opini.
2.
Gaya bahasa harus sederhana dan mengalir dengan
mengurangi jargon-jargon ilmiah.
3.
Tabel atau grafik (seperti pada jurnal ilmiah) dikurangi atau
ditiadakan sama sekali; data disampaikan melalui kalimat-kalimat dan paragraf.
4.
Kutipan dari satu atau dua karya ilmiah (buku atau jurnal
ilmiah) perlu dicantumkan.
5.
Human interest dan kutipan pernyataan/pikiran
orang yang mempunyai otoritas di bidang ilmu bersangkutan sangat memperkaya
tulisan.
6.
Simpulan dibuat agar pembaca mempunyai pegangan untuk terapan
dalam hidup.
7.
Gagasan dasar dapat didramatisir melalui sejarah hidup tokoh
tertentu guna menggugah perasaan pembaca.
7. Sebuah
contoh: “Psikologi Memaafkan”
Tulisan saya “Psikologi
Memaafkan” memenuhi petunjuk-petunjuk di atas. Topik memaafkan merupakan
isu dan berita yang hangat diperdebatkan saat itu. Memaafkan itu sendiri
merupakan salah satu topik yang berkaitan dengan mekanisme psikis manusia.
Juga, denganword count 600 kata saja, saya mengungkapkan gagasan
saya dengan gaya bahasa sederhana tanpa mengorbankan aspek keilmuan saya. Saya
tidak menggunakan tabel atau grafik yang makan banyak ruang. Saya mengutip
beberapa sumber ilmiah tentang topik permaafan.
Tentu tulisan itu memiliki human interest yang
tinggi: memaafkan orang yang dibenci banyak orang. Saya pribadi tidak
mengungkapkan pendapat apakah kita mesti memaafkan almarhum Soeharto atau
tidak. Saya hanya menjelaskan proses psikis yang dialami seseorang jika ia
harus memaafkan orang lain. Itulah simpulan yang saya ambil dari isu
tersebut. Mekanisme permaafan didramatisir melalui kehidupan sang presiden.
HANYA TUGAS.
ARIYANTI RAHAYU
11111187 3KA37