Minggu, 24 November 2013

ILMIAH POPULER(pupular scientific writing)

ILMIAH POPULER(pupular scientific writing)
 



Di lingkungan perguruan tinggi, kita sudah terbiasa mendengar istilah karya ilmiah. Karya ilmiah yang dalam bahasa Inggris disebut SCIENTIFIC PAPER adalah tulisan yang memaparkan hasil penelitian atau pengkajian dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan seperti laporan penelitian, makalah, dan skripsi/tesis/disertasi.

Namun, saya ingin membahas satu karya ilmiah yang masih jarang dimanfaatkan oleh para mahasiswa dan akademisi guna mempublikasikan gagasan mereka. Itulah tulisan ilmiah populer (pupular scientific writing) . Suatu tulisan ilmiah populer merupakan integrasi tiga aspek yang disebut TRIAD. TRIAD  terdiri atas ilmu,media masa, dan daya tarik kemanusiaan.

1.  Ilmu dan asumsi filosofis

Barbara Engler dalam buku Personality Theories: An Ingroduction (1985) mengatakan bahwa ilmu berakar pada asumsi filosofis. Artinya, setiap orang atau sekelompok yang mengembangkan ilmu mau tak mau memiliki asumsi filosofis tentang realita yang menjadi objek ilmunya. Mengapa demikian? Setiap orang yang mengembangkan ilmu mesti  memiliki asumsi-asumsi dasar dan universal tentang realitas ilmunya.

Asumsi filosofis selalu mengarah pada realitas yang tidak tidak kasat mata. Artinya realitas universal ini tidak dialami dengan “mata kepala,” tetapi dengan “mata hati”. Sebagai contoh, “Semua orang ingin menjadi baik.” Dengan mata kepala kita mungkin dapat mengobservasi bahwa ada sejumlah orang yang tidak baik. Namun, mata hati kita mengatakan bahwa semua orang pada dasarnya baik.

Berikutnya, asumsi filosofis itu merujuk pada realitas universal.Isi asumsi tersebut mencakup “semua” secara universal. Sebagai contoh, keinginan untuk menjadi baik itu dimiliki oleh semua orang. Dalam berefleksi tentang suatu realitas, kita memperlakukan pengecualian dengan cara agak berbeda. Sebagai contoh, Adolf hiter. Kita boleh membuktikan bahwa ia orang jahat. Namun, ia hanya ‘tampak’, tapi pada dasarnya sebagai manusia ia itu baik. Kita memanfaatkan kemampuan intuitif yang saya istilahkan proses abstraksi.

Juga, asumsi filosofis itu biasanya menyatakan suatu kebenaran secara implisit bukan eksplisit. Pernyataan eksplisit adalah pernyataan yang secara gamblang dan memenuhi semua kriteria tentang kebenaran. Namun, pernyataan semacam itu tidak mungkin beraplikasi secara universal. Itulah suatu kebenaran itu hanya dinyatakan secara implisit.

2. Paradigma sebagai dasar ilmu

Menurut Thomas Kuhn dalam The Structure of Scientific Revolutions (1962) setiap ilmu mendasarkan diri pada suatu paradigma sebagai model atau konsep yang mendasari ilmu tersebut dan yang diyakini oleh setiap anggota komunitas ilmiah. Konsep dasar yang mengilhami  setiap kegiatan ilmiah ini dipelahari dan diteliti terus-menurus melalui pendidikan. Melalui pendidikan studi tentang paradigma menghasilkan berbagai pernyataan ilmiah yang lebih dikenal sebagai teori-teori. Jadi, teori sebenarnya merupakan penjabaran serta penjelasan tentang paradigma ilmu bersangkutan.

Paradigma tersebut terus-menerus dipelajari, diteliti dan menghasilkan berbagai teori melalui alat ilmiah yang disebut metode penelitian. Keseluruhan proses mempelajari paradigma inilah yang disebut kegiatan ilmiah.

Jadi, ilmu itu muncul sebagai cara untuk menggali berbagai informasi tentang satu aspek hidup/dunia ini, seperti psikologi. Filsafat membantu mengembangkan cara/metode guna memahami dunia ini. Itulah yang disebut paradigma.

3. Metode ilmiah

Metode ilmiah merupakan cara untuk menggali informasi tentang hidup dan dunia ini. Metode ini berawal dari suatu teori atau pernyataan ilmiah. Teori itu sendiri merupakan seperangkat konsep abstrak (bagian dari paradigma) yang kita rumuskan berdasarkan sekelompok fakta atau peristiwa dengan tujuan untuk menjelaskan fakta-fakta atau peristiwa-peristiwa tersebut. Sebagai  contoh, dalam paradigma health psychology (psikologi tentang orang-orang sehat) kita mengandaikan bahwa setiap orang berjuang untuk menjadi superior (Psikologi Individual/Adlerian).

Kemudian, teori tersebut (yang dianggap sebagai hipotesis) diobservasi dan diukur. Keseluruhan proses ini dimulai dengan kesadaran akan adanya masalah. Lalu, kesadaran itu dirumuskan menjadi suatu hipotesis yang disebut simpulan sementara. Sebaiknya, kita menentukan suatu prediksi tentang hipotesis tersebut. Sesuai contoh sebelumnya, kita bisa menyimpulkan sementara bahwa “Memang benar bahwa setiap orang berusaha untuk menjadi superior”.

Lalu, kita mesti mengumpulkan data sebanyak dan seakurat mungkin guna mengetes kebenaran dari simpulan sementara itu. Berdasarkan data-data tersebut, kita kemudian menarik simpulan.

4. Hasil penelitian dan media massa

Perkembangan dan kemajuan setiap ilmu itu tidak hanya bergantung pada penelitian. Penyebarluasan hasil penelitian justru merupakan kegiatan penting guna memperkenalkan kepada anggota komunitas ilmiah bersangkutan serta pembaca lainnya tentang perkembangan dan kemajuan tersebut. Lagi pula, perkembangan dan kemajuan yang dipaparkan melalui media massa merupakan layanan dari ilmu bersangkutan kepada masyarakat. Masyarakat diperkaya dengan informasi-informasi baru.

Itulah sebabnya kita menyebut hasil penelitian yang disebarluaskan kepada banyak orang itu sebagai karya ilmiah populer. Populer berasal dari kata bahasa Latin populus yang berarti bangsa atau orang banyak. Upaya ini hanya bisa dilakukan dengan bantuan komunikasi massa dengan alat yang disebut media massa. Ada beberapa bentuk media massa. Contoh media cetak adalah koran, majalah, jurnal. Contoh media elektronik adalah radio dan televisi.

Hasil penelitian ilmiah dapat kita sebarluaskan melalui media masa dalam bentuk fitur dan opini. Di sini, yang saya maksudkan dengan karya ilmiah populer adalah opini seperti artikel-artikel yang dimuat Kompas pada halaman 4 dan 5. Hampir semua koran mempunyai halaman opini.


5. Populer dan nilai tambah

Sebelum menjelaskan petunjuk praktis penulisan opini, saya ingin menjelaskan arti populer dan kemanusiaan. Populer itu bukan hanya berarti bahwa tulisan kita itu dibaca oleh banyak orang, melainkan juga berarti bahwa tulisan kita itu disukai. Tulisan kita itu disukai jika tulisan itu berkaitan dengan daya tarik yang disebut human interest. Kita mesti menulis sesuatu yang berkaitan dengan hidup manusia itu sendiri.

Artikel yang memuat human interest dan menarik untuk dibaca, jika artikel tersebut memenuhi kriteria berikut:

·         Relevan dan penting: Artikel yang  berkaitan dengan hidup banyak orang atau berdampak besar pada kehidupan mereka selalu dicari.
·         Kuantitas: Jika semakin banyak orang terlibat dalam topik bahasan, artikel itu semakin digandrungi.
·         Baru: Sesuatu yang baru terjadi, baru ditemukan itu biasanya menarik minat orang untuk mengetahuinya.
·         Aktual: Sesuatu yang dekat dengan atau berkaitan langsung dengan pembaca, biasanya akan diminati.
·         Populer: Tulisan tentang orang yang dikenal dan disenangi akan selalu menarik minat pembaca.
·         Kepekaan rasa: Tulisan yang menggugah perasaan biasanya disenangi pembaca.
·         Partikular atau spesial: Sesuatu yang spesial atau khas selalu dicari untuk dibaca.

Tentu tulisan itu juga mesti memberi nilai tambah, baik bagi kita pribadi maupun bagi pembaca. Ada beberapa nilai tambah, antara lain berikut ini.

·         Nilai tambah intelektual: Semakin banyak kita menulis, semakin kita berkembang dalam ilmu yang kita geluti.
·         Nilai tambah pendidikan: Semakin banyak kita menulis, semakin banyak kita berkesempatan mendidik orang lain dan diri sendiri.
·         Nilai tambah psikologis: Semakin banyak kita menulis, semakin kita puas, bangga, dan percaya diri.
·         Nilai tambah sosial: Semakin banyak kita menulis, semakin banyak orang (penerbit, toko buku, ilmuwan dan pembaca) mengenal kita.
·         Nilai tambah finansial: Semakin banyak kita menulis, semakin banyak honor kita dapatkan.
·         Nilai tambah filosofis: Mari kita mengambil contoh penulis-penulis klasik. Mereka sudah lama mati, tetapi nama mereka tetap terdengar. Apa saja akan lenyap, kecuali gagasan yang telah diungkapkan ke dalam tulisan.

Nilai-nilai tambah seperti ini justru yang mendorong saya untuk terus menulis karya ilmiah populer. Sekarang saya menjadi kolumnis untuk suatu media nasional. Sebagai mantan wartawan profesional, saya tentu senang akan perkembangan ini.



6. Menulis artikel ilmiah populer

Untuk menulis artikel berita kita mesti memperhatikan ketentuan 5W 1 H (What, Who, Where, When, Why, How). Dengan menjawab lima pertanyaan jurnalistik tersebut, kita sudah dapat membuat suatu artikel berita. Artikel ilmiah populer sebenarnya merupakan perluasan dari artikel berita; kita mengulas secara panjang lebar tentang pertanyaan why dan how.

Itulah sebabnya, opini dapat dipahami sebagai ekstensi dan pengilmiahan artikel berita. Sebagai contoh, beberapa tahun lalu, setelah kematian almarhum mantan Presiden Soeharto, muncul polemik tentang pemaafan terhadap almarhum. Saya ikut berbagi dalam polemik. Saya menyorotinya  dari perspektif psikologi klinis. Dari situ muncullah tulisan opini saya yang dimuat di Kompas, 21 Januari 2008 dengan judul “Psikologi Memaafkan”.

Beberapa petunjuk praktis berikut ini sebaiknya diperhatikan, jika pembaca berminat menulis artikel ilmiah populer.

1.      Berita (seperti temuan baru, teori baru, masalah unik) seputar ilmu apa saja dapat dijadikan opini.
2.      Gaya bahasa harus sederhana dan mengalir dengan mengurangi jargon-jargon ilmiah.
3.      Tabel atau grafik (seperti pada jurnal ilmiah) dikurangi atau ditiadakan sama sekali; data disampaikan melalui kalimat-kalimat dan paragraf.
4.      Kutipan dari satu atau dua karya ilmiah (buku atau jurnal ilmiah) perlu dicantumkan.
5.      Human interest dan kutipan pernyataan/pikiran orang yang mempunyai otoritas di bidang ilmu bersangkutan sangat memperkaya tulisan.
6.      Simpulan dibuat agar pembaca mempunyai pegangan untuk terapan dalam hidup.
7.      Gagasan dasar dapat didramatisir melalui sejarah hidup tokoh tertentu guna menggugah perasaan pembaca.

7. Sebuah contoh: “Psikologi Memaafkan”

Tulisan saya “Psikologi Memaafkan” memenuhi petunjuk-petunjuk di atas. Topik memaafkan merupakan isu dan berita yang hangat diperdebatkan saat itu. Memaafkan itu sendiri merupakan salah satu topik yang berkaitan dengan mekanisme psikis manusia. Juga, denganword count 600 kata saja, saya mengungkapkan gagasan saya dengan gaya bahasa sederhana tanpa mengorbankan aspek keilmuan saya. Saya tidak menggunakan tabel atau grafik yang makan banyak ruang. Saya mengutip beberapa sumber ilmiah tentang topik permaafan.

Tentu tulisan itu memiliki human interest yang tinggi: memaafkan orang yang dibenci banyak orang. Saya pribadi tidak mengungkapkan pendapat apakah kita mesti memaafkan almarhum Soeharto atau tidak. Saya hanya menjelaskan proses psikis yang dialami seseorang jika ia harus memaafkan orang lain. Itulah simpulan yang saya ambil dari isu tersebut. Mekanisme permaafan didramatisir melalui kehidupan sang presiden.


HANYA TUGAS.
ARIYANTI RAHAYU
11111187     3KA37