Rabu, 04 April 2012
BELAS KASIH
Memang seharusnya kesabaran itu tidak ada batasannya, apalagi untuk yang mengerti akan karma dan belas kasih. Ekstrimnya, sampai ditampar pun kita tidak seharusnya membalas. Karena tamparan itu harusnya dimaknai sebagai suatu bentuk pembakaran karma dan di sisi lain kita justru harus berbelas kasih pada orang yang menampar kita karena kita tau hukum alam yang otomatis di mana cepat atau lambat, orang itu akan mendapatkan balasan karmanya sebagai akibat dari dia menampar kita.
Seandainya saja semua orang punya pengertian seperti itu. Masalahnya ada juga yang sudah mengerti namun entah kenapa tidak diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satunya mungkin aku juga sih…Hehehe….aku mengakui bahwa akupun termasuk dalam golongan ini, pembenarannya adalah aku masih belajar.
Ada satu buku yang mengulas banyak tentang semuanya ini, dan saat ini aku belum selesai membacanya karena bahasanya yang tidak biasa sehingga harus dibaca dengan perlahan dan berulang kali agar betul-betul bisa dipahami.
Dalam proses aku belajar, aku ditemani seseorang yang sudah lebih dulu mempelajari buku ini. Selain sudah ‘khatam’, dia juga merasa sangat selaras dengan apa yang diajarkan dan kita sepakat untuk belajar dan menjalaninya bersama.
Tapi ternyata memang seringkali praktek lebih sulit daripada teorinya. Apa yang disampaikan oleh buku, tidak mudah untuk diterapkan. Pada saat kami dihadapkan pada perbedaan persepsi, masih saja bisa menimbulkan perdebatan yang berujung pada pertengkaran. Dan pada saat itu terjadi, kesabaran, belas kasih dan semua teori-teori yang kami pelajari hanya sekedar menjadi wacana.
Masing-masing dari kami, masih saja mengandalkan ego dan kekuatan eksternal lainnya. Meng-klaim diri sendiri sebagai yang paling benar dan menganggap yang lain sebagai penghambat, saling tuduh dan menghakimi, bahkan sampai dengan mengintimidasi.
Untungnya, kami berdua tidak suka memperpanjang masalah sehinggga pertengkaran yang terjadi tidak bertahan lama. Konflik yang seakan-akan besar pun some how bisa berlalu cepat juga. Pada saat kami berkesempatan untuk bisa bertemu, kami cenderung untuk tidak membahas masalah yang terjadi lebih jauh.
Memang bisa saja ini menjadi bumerang. Dengan tidak membahas masalah dengan tuntas, bisa juga berarti memendamnya dan malah menciptakan bom waktu yang siap meledak kapan saja. Tapi aku memilih untuk lebih baik berfikiran positif, berakhirnya konflik diantara kami ini terjadi karena buah dari kesabaran dan juga kesadaran akan besarnya arti belas kasih seperti yang kami pelajari.
(http://rani1603.wordpress.com/2011/03/23/kesadaran-akan-arti-belas-kasih/)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar