Bab
8 kelompok 4
Ilmu
Pengetahuan, Teknologi, dan Kemiskinan
“pengertian
ilmu pengetahuan,teknologi dan nilai”
Ilmu Pengetahuan
Ilmu bukan sekedar pengetahuan
(knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori
yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode
yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu
terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang
dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah produk dari epistemologi.
Contoh: Ilmu Alam hanya bisa menjadi
pasti setelah lapangannya dibatasi ke dalam hal yang bahani (materiil saja)
atau ilmu psikologi hanya bisa meramalkan perilaku manusia jika membatasi
lingkup pandangannya ke dalam segi umum dari perilaku manusia yang kongkrit.
Berkenaan dengan contoh ini, ilmu-ilmu alam menjawab pertanyaan tentang berapa
jauhnya matahari dari bumi, atau ilmu psikologi menjawab apakah seorang pemudi
sesuai untuk menjadi perawat.
Teknologi
Teknologi merupakan satu konsep yang
luas dan mempunyai lebih daripada satu takrifan. Takrifan yang pertama ialah
pembangunan dan penggunaan alatan, mesin, bahan dan proses untuk menyelesaikan
masalah manusia.
Istilah teknologi selalunya berkait
rapat dengan rekaan dan gadget menggunakan prinsip sains dan proses terkini.
Namun, rekaan lama seperti tayar masih menunjukkan teknologi.
Maksud yang kedua digunakan dalam
bidang ekonomi, yang mana teknologi dilihat sebagai tahap pengetahuan semasa
dalam menggabungkan sumber bagi menghasilkan produk yang dikehendaki. Oleh itu,
teknologi akan berubah apabila pengetahuan teknikal kita berubah.
Takrifan teknologi yang diguna pakai di
sekolah-sekolah dan institusi-insitusi pengajian tinggi di Malaysia ialah
aplikasi pengetahuan sains yang boleh memanfaatkan serta menyelesaikan masalah
manusia yang dihadapi dalam kehidupan seharian.
Ciri-ciri fenomena teknik pada
masyarakat :
- Rasionalitas,
artinya tidakan spontan oleh teknik diubah menjadi tindakan yang
direncanakan dengan perhitungan rasional
- Artifisialitas,
artiya selalu membuat sesuatu yang buatan tidak alamiah
- Otomatisme,
artinya dalam hal metode, organisasi da rumusan dilaksanakan secara
otomatis. Demikian juga dengan teknik mampu mengeliminasikan kegiatan non
teknis menjadi kegiatan teknis
- Teknik
berkembang pada suatu kebudayaan
- Monisme
artiya semua teknik bersatu, saling berinteraksi dan saling bergantung
- Universalisme.
artinya teknik melampaui batas-batas kebudayaan dan ediologi, bahkan dapat
menguasai kebudayaan
- Otonomi,
artinya teknik berkembang menurut prinsip-prinsip
Hubungan Ilmu dengan Nilai-nilai Hidup
Penerapan ilmu pengetahuan dan
teknologi membutuhkan dimensi etis sebagai pertimbangan dan mempunyai pengaruh
terhadap proses perkembangan lebih lanjut ilmu dan teknologi. Tanggung jawab
etis merupakan sesuatu yang menyangkut kegiatan keilmuan maupun penggunaan
ilmu, yang berarti dalam pengembangannya harus memperhatikan kodrat dan
martabat manusia, menjaga keseimbangan ekosistem, bersifat universal,
bertanggungjawab pada kepentingan umum, dan kepentingan generasi mendatang.
Tanggung jawab ilmu menyangkut juga
hal-hal yang akan dan telah diakibatkan ilmu dimasa lalu, sekarang maupun
akibatnya di masa mendatang, berdasarkan keputusan bebas manusia dalam
kegiatannya. Penemuan baru dalam ilmu terbukti ada yang dapat mengubah sesuatu
aturan nilai-nilai hidup baik alam maupun manusia. Hal ini tentu menuntut
tanggung jawab untuk selalu menjaga agar yang diwujudkan dalam perubahan
tersebut akan merupakan perubahan yang terbaik bagi perkembangan ilmu itu
sendiri maupun bagi perkembangan eksistensi manusia secara utuh.
Tanggung jawab etis tidak hanya
menyangkut upaya penerapan ilmu secara tepat dalam kehidupan manusia, melainkan
harus menyadari apa yang seharusnya dilakukan atau tidak dilakukan untuk
memperkokoh kedudukan serta martabat manusia seharusnya, baik dalam hubungannya
sebagai pribadi, dalam hubungan dengan lingkungannya maupun sebagai makhluk
yang bertanggung jawab terhadap Khaliknya.
Jadi perkembangan ilmu akan
mempengaruhi nili-nilai kehidupan manusia tergantung dari manusianya itu
sendiri, karena ilmu dilakukan oleh manusia dan untuk kepentingan manusia dalam
kebudayaannya. Kemajuan di bidang ilmu memerlukan kedewasaan manusia dalam arti
yang sesungguhnya, karena tugas terpenting ilmu adalah menyediakan bantuan agar
manusia dapat bersungguh-sungguh mencapai pengertian tentang martabat dirinya.
Ilmu
Pengetahuan Teknologi dan Nilai
Ilmu
pengetahuan dan teknologi sering dikaitkan dengan nilai atau moral. Hal ini
besar perhatiannya tatkala dirasakan dampaknya melalui kebijaksanaan
pembangunan, yang pada hakikatnya adalah penerapan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Ilmu
dapatlah dipandang sebagai produk, sebagai proses, dan sebagai paradigma etika
(Jujun S. Suriasumantri, 1984). Ilmu dipandang sebagai proses karena ilmu
merupakan hasil dari kegiatan sosial, yang berusaha memahami alam, manusia dan
perilakunya baik secara individu atau kelompok. Apa yang dihasilkan ilmu
pengetahuan seperti sekarang ini, merupakan hasil penalaran (rasio) secara
objektif. Ilmu sebagai produk artinya ilmu diperoleh dari hasil metode
keilmuwan yang diakui secara umum dan universal sifatnya. Oleh karena itu
ilmu dapat diuji kebenarannya, sehingga tidak mustahil suatu teori yang sudah
mapan suatu saat dapat ditumbangkan oleh teori lain. Ilmu sebagai ilmu, karena
ilmu selain universal, komunal, juga alat meyakinkan sekaligus dapat skeptis,
tidak begitu saja mudah menerima kebenaran.
Istilah
ilmu diatas, berbeda dengan istilah pengetahuan. Ilmu adalah diperoleh melalui
kegiatan metode ilmiah (epistemologi) yang merupakan pembahasan bagaimana
mendapatkan pengetahuan. Epistemologi ilmu terjamin dalam kegiatan metode
ilmiah (èkegiatan meyusun tubuh pengetahuan yang bersifat logis, penjabaran
hipotesis dengan deduksi dan verifikasi atau menguji kebenarannya secara
faktual; sehingga kegiatannya disingkat menjadi logis-hipotesis-verifikasi atau
deduksi-hipotesis-verifikasi).
Sedangkan
pengetahuan adalah pikiran atau pemahaman diluar atau tanpa kegiatan
metode ilmiah, sifatnya dapat dogmatis, banyak spekulasi dan tidak berpijak
pada kenyataan empiris. Sumber pengetahuan dapat berupa hasil pengalaman
berdasarkan akal sehat (common sense) yang disertasi mencoba-coba, intuisi
(pengetahuan yang diperoleh tanpa pembalaran) dan wahyu (merupakan pengetahuan
yang diberikan Tuhan kepada para Nabi atau UtusanNya).
Ilmu
pengetahuan pada dasarnya memiliki 3 (tiga) komponen penyangga tubuh
pengetahuan yang disusunnya dimana ketiganya erat kaitannya dengan nilai moral
yaitu:
1.
Ontologis (Objek Formal Pengetahuan)
Ontologis
dapat diartikan hakikat apa yang dikaji oleh pengetahuan, sehingga jelas ruang
lingkup wujud yang menjadi objek penelaahannya
2.
Epistemologis
Epistemologis
seperti diuraikan diatas hanyalah merupakan cara bagaimana materi pengetahuan
diperoleh dan disusun menjadi tubuh pengetahuan.
3.
Aksiologis
Aksiologis
adalah asas menggunakan ilmu pengetahuan atau fungsi dari ilmu pengetahuan.
Kaitan
ilmu dan teknologi dengan nilai moral, berasal dari ekses penerapan ilmu dan
teknologi sendiri. Dalam hal ini sikap ilmuwan dibagi menjadi dua golongan:
1.
Golongan yang menyatakan ilmu dan teknologi adalah bersifat netral terhadap
nilai-nilai baik secara ontologis maupun aksiologis, soal penggunaannya
terserah kepada si ilmuwan itu sendiri, apakah digunakan untuk tujuan baik atau
buruk. Golongan ini berasumsi bahwa kebenaran itu dijunjung tinggi sebagai
nilai, sehingga nilai-nilai kemanusiaan lainnya dikorbankan demi teknologi.
2.
Golongan yang menyatakan bahwa ilmu dan teknologi itu bersifat netral hanya
dalam batas-batas metafisik keilmuwan, sedangkan dalam penggunaan dan
penelitiannya harus berlandaskan pada asas-asa moral atau nilai-nilai. Golongan
ini berasumsi bahwa ilmuwan telah mengetahui ekses-ekses yang terjadi apabila
ilmu dan teknologi disalahgunakan.
Nampaknya
ilmuwan golongan kedua yang patut kita masyarakatkan sikapnya sehingga ilmuwan
terbebas dari kecenderungan “pelacuran” dibidang ilmu dan teknologi dengan
mengorbankan nilai-nilai kemanusiaan.
Ilmu
pengetahuan dan teknologi memiliki kaitan yang jelas, yakni teknologi merupakan
penerapan dari ilmu pengetahuan. Selain itu, teknologi juga mengandung ilmu
pengetahuan didalamnya. Ilmu pengatahuan digunakan untuk mengatahui “apa”
sedangkan teknologi digunakan untuk mengatahui “bagaimana”. Perubahan teknologi
yang cepat dapat menyebabkan kemiskinan, karena dapat menyebabkan perubahan
sosial yang fundamental.
STUDI
KASUS
Sebuah
cafe memiliki layanan Wireless untuk para pelanggannya. Pemilik cafe berharap
akan menarik lebih banyak pelanggan dengan adanya layanan wireless di cafe
tersebut, tapi penggunanaan wireless tersebut memang sering di gunakan tetapi
selalu banyak keluhan dari pelanggan. Alasannya tidak ada sinyal atau jaringan
sering terputus dari server dan juga kecepatan browsing yang sangat lama.
OPINI
MENURUT SAYA WIRELES YG DISEDIAKAN TAK SELAMANYA BAIK,KARENA BNYAK DISALAH GUNAKAN OLEH OKNUM-OKNUM NAKAL,SERTA TERKADANG SCURTY(PENGAMANAN)JUGA KURANG
MENURUT SAYA WIRELES YG DISEDIAKAN TAK SELAMANYA BAIK,KARENA BNYAK DISALAH GUNAKAN OLEH OKNUM-OKNUM NAKAL,SERTA TERKADANG SCURTY(PENGAMANAN)JUGA KURANG
BAB
9 KELOMPOK 4
PRASANGKA,DISKRIMINASI
DAN ETNOSENTRISME
“SEBUTKAN
GOLONGAN-GOLONGAN YANG BERBEDA DAN INTEGRASI SOSIAL”
Golongan
- golongan yang berbeda dan Integrasi sosial
masyarakat
indonesia adalah masyarakat yang majemuk, msyarakat majemuk itu di persatukan
oleh sistim nasional negara indonesia.aspek" kemasyarakatann yang
mempersatukannya antara lain :
1. Suku bangsa dan kebudayaannya
2. Agama.
3. Bahasa,
4. Nasion Indonesia
Integrasi
======
masalah besar yang di hadapi indonesia adalah sulitnya itegrasi antara 1 dengan yang lainnya. masyarakat" yang ada di indonesia mereka tetap hidup berdampingan pada kemajemukannya,
berikut adalah beberapa variabel yang dapat menghambat integrasi :
1. Klaim/Tuntutan penguasaan atas wilayah-wilayah yang di anggap sebagai miliknya
2. Isu asli tidak asli berkaitan dengan perbedaan kehidupan ekonomi antar warga negara indonesia asli dengan keturunan lain
3. agama, sentimen agama dapat di gerakkan untuk mempertajam kesukuan.
4. prasangka yang merupakan sikap permusuhan terhadap seseorang golongan tertentuk.
Dalam hal ini masyarakat indonesia seringkali terhambat integrasinya karena variabel variabel yang di sebutkan di atas. masyarakat indonesia pada umumnya masih sulit untuk menerima sesuatu yang baru ataupun yang berbeda dengan yang biasa ia temukan. misalnya saja antar agama masih sering terjadi permusuhan/ sering terjadi perang agama di desa-desa yang berada di pulau jawa. hal tersebut menunjukkan bahwa betapa sulitnya bagi mereka untuk berintegrasi tanpa menyangkut pautkan variabel-variabel yang ada di atas
1. Suku bangsa dan kebudayaannya
2. Agama.
3. Bahasa,
4. Nasion Indonesia
Integrasi
======
masalah besar yang di hadapi indonesia adalah sulitnya itegrasi antara 1 dengan yang lainnya. masyarakat" yang ada di indonesia mereka tetap hidup berdampingan pada kemajemukannya,
berikut adalah beberapa variabel yang dapat menghambat integrasi :
1. Klaim/Tuntutan penguasaan atas wilayah-wilayah yang di anggap sebagai miliknya
2. Isu asli tidak asli berkaitan dengan perbedaan kehidupan ekonomi antar warga negara indonesia asli dengan keturunan lain
3. agama, sentimen agama dapat di gerakkan untuk mempertajam kesukuan.
4. prasangka yang merupakan sikap permusuhan terhadap seseorang golongan tertentuk.
Dalam hal ini masyarakat indonesia seringkali terhambat integrasinya karena variabel variabel yang di sebutkan di atas. masyarakat indonesia pada umumnya masih sulit untuk menerima sesuatu yang baru ataupun yang berbeda dengan yang biasa ia temukan. misalnya saja antar agama masih sering terjadi permusuhan/ sering terjadi perang agama di desa-desa yang berada di pulau jawa. hal tersebut menunjukkan bahwa betapa sulitnya bagi mereka untuk berintegrasi tanpa menyangkut pautkan variabel-variabel yang ada di atas
STUDI
KASUS
keberadaan
para pengemis dan gelandangan ini adalah tentang Hak Asasi Manusia (HAM).
Kelompok kontra menganggap keputusan Perda yang membatasi ini pada dasarnya
bukan memfasilitasi para pengemis untuk meningkatkan taraf hidup. Seharusnya
pemerintah membuat wadah yang menjamin kelangsungan para gelandangan tersebut.
Dan hal ini juga secara jelas memperlihatkan bahwa tidak adanya implikasi dari
Perda itu sendiri, dengan kata lain Perda ini hanya bersifat temporer dalam
menanggapi masalah pengemis dan gelandangan.
OPINI
DENGAN MASIH BANYAKNYA PENGEMIS&GELANDANGAN DIHARAPKAN KEPADA PEMERINTAH UNTUK MEREVISI PERDA AGAR DISESUAIKAN DENGAN SITUASI&KONDISI SERTA PERHITUNGAN DARI KEMANUSIAAN (HAM)
DENGAN MASIH BANYAKNYA PENGEMIS&GELANDANGAN DIHARAPKAN KEPADA PEMERINTAH UNTUK MEREVISI PERDA AGAR DISESUAIKAN DENGAN SITUASI&KONDISI SERTA PERHITUNGAN DARI KEMANUSIAAN (HAM)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar